Bacaan :
Kisah Para Rasul 3:1-10 (Petrus Menyembuhkan Orang Lumpuh)
Perikop ini menceritakan tentang bagaimana Rasul Petrus dan Yohanes untuk kali pertama mengadakan mujizat setelah kejadian pencurahan Roh Kudus di Loteng Yerusalem (Kisah Para Rasul 2). Cerita ini kurang lebih sama kejadiannya dengan yang terjadi di Listra pada saat Rasul Paulus menyembuhkan orang yang timpang (Kisah Para Rasul 14:8-10).
Ayat ini diceritakan tentang seorang yang setiap hari duduk di pintu Bait Allah yang timpang/lumpuh sejak lahir sehingga kehidupannya bergantung pada orang lain.
Memang setiap manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, tapi dalam hal ini orang lumpuh ini bukan hanya butuh tapi bergantung. Bergantung itu berarti kita benar-benar dalam keadaan tak berdaya sehingga tidak bisa kalau tidak ada pertolongan orang lain (ayat 2).
Kita pun sebagai manusia, kadang diposisikan seperti orang lumpuh ini, kita tidak ubahnya seperti benalu yang hidupnya hanya bergantung kepada orang lain. Kita semua tahu, kalau orang yang lumpuh itu serba dengan keterbatasan. Pekerjaannya pun kurang lebih hanya duduk, diam dan tidak bisa bekerja sehingga hanya mengharapkan bantuan dari orang lain. Orang yang lumpuh rohaninya biasanya yang hanya mau melihat orang lain saja, yang kerjanya hanya duduk diam di pintu Bait Allah, tapi tidak pernah masuk ke dalam Bait Allah. Mereka itu bukanlah orang biasa, tapi sebenarnya orang yang sudah mengerti kebenaran Firman TUhan, tetapi tidak mau melaksanakan dan memperlabakan Firman Tuhan itu.
Persepsinya yaitu, orang timpang ini berbicara tentang kehidupan manusia yang timpang rohaninya. Orang yang hanya berprinsip “Yang penting sudah menjadi anak Tuhan, itu sudah cukup”. Padahal tatkala Tuhan memanggil kehidupan kita, banyak hal yang Tuhan mau buat dalam kehidupan kita asalkan kita Setia. Setia dalam pekerjaan Tuhan, setia berbakti dan bukan hanya duduk di pintu saja. Ingat Pintu itu sifatnya terbuka dan tertutup, siapapun yang tinggal di pintu pasti akan terjepit/terhimpit.
Bagaimana caranya kita terbebas dari semua hal ini? Tentu saja jika jita mengalami kelumpuhan rohani, kita harus disembuhkan dulu dan kemudian setiap kehidupan kita yang sudah diberikan talenta oleh Tuhan, kita perlabakan talenta itu.
Perihal orang lumpuh ini pun pernah terjadi ketika Daud hendak merebut kota Sion (yang kemudian disebut dengan kota Daud) dari bangsa Yebus. Diceritakan bahwa orang-orang lumpuh dan buta disana menolak kehadiran Daud disana, tapi Tuhan yang punya kuasa lewat Daud mampu merebut Sion.
Dalam Alkitab diceritakan kalau orang-orang timpang itu adalah orang-orang yang bercabang hati atau tidak punya ketetapan hati (1 Raja-Raja 18:21). Nabi Elia memperingatkan kalau rakyat kalau jangan berlaku menyimpang tetapi ikuti Tuhan. Bagaimana caranya?
Baca 1 Korintus 15:58 “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”
Ayat ini mengajakan kehidupan kita untuk berdiri teguh dan jangan goyah. Nah, bagaimana kita mau berdiri teguh dan tidak goyah kalau kehidupan kita masih dalam keadaan timpang rohani?
Orang yang timpang/lumpuh biasanya tidak bisa berdiri dengan tegak atau seimbang, sehingga kalau dia memaksakan untuk berdiri tegak, pasti pendiriannya akan goyah. Ayat ini berpengertian bahwa orang yang pendiriannya goyah adalah orang yang tidak berketetapan hati. Sehingga dalam hatinya sering muncul kebimbangan, keraguan ketika diperhadapkan dengan keadaan dunia, sehingga seringkali timbul pertanyaan dalam hati “Betulkan Tuhan itu?”, apakah Alkitab itu benar?, apakah begini… apakah begitu?” sehingga mulai meragukan kebenaran Firman Tuhan.
Ingat saudara, alkitab berkata orang yang hatinya tidak berpendirian/bimbang seumpama laut yang bergelora, tidak bisa tenang, terombang-ambing dengan berbagai-bagai angin pengajaran (Yakobus 1:8) sehingga ketika ada yang mulai mengajarkan Firman yang lain dari kita peroleh, mulai berkata “O.. iya ya, benar juga..” sehingga kita mulai meragukan perkataan Alkitab.
Orang yang bimbang hati seperti ini, jangan pernah berharap menerima sesuatu dari Tuhan, Yakobus 1:7-8, “Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan”
Karena itu marilah kita berusaha bangkit untuk selalu datang kepada Tuhan, rajinkan diri untuk terus bersekutu dengan Tuhan, 1 Kor 15:58 bagian akhir menjelaskan kalau kita rajin bersekutu dengan Tuhan, setiap jerih payah kita tidak sia-sia. Bagaimana cara kita memulai persekutuan dengan Tuhan? Kita semua tentu sudah memahami soal ini. Kalau masih ada yang belum faham kita sama-sama membaca :
Ibrani 10:25, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
Ibrani mengingatkan kita untuk selalu rajin beribadah kepada Tuhan, saling menguatkan satu dengan yang lain, karena kita semua adalah satu tubuh di dalam Tuhan, ketika yang satu dalam keadaan lemah, kita wajib saling menguatkan dan mendoakan, itu tugas kita dan harus kita lakukan karena Yakobus 4:17 berkata “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik tetapi tidak melakukannya, ia berdosa.”
Satu hal lagi, ketika ketimpangan rohani kita sudah dipulihkan Tuhan, baiklah kita mulai mengerjakan pekerjaan Tuhan.
Mengapa? Mengapa Tuhan mau pulihkan dan sembuhkan setiap sakit rohani kita?
Karena, Tuhan tidak pernah mau jauh dari kita. Tuhan ingin selalu berada dekat kita. Tapi kadang kita yang malah menjauhkan diri kita dari Tuhan. Semenjak pagi-pagi hari Tuhan sudah menunggu kita mencari dia, bahkan saat tidur kita pun Tuhan menjaga. Kira-kira dalam 1 hari berapa kali kita menghadap hadiratNya? Berdoa menghadap Tuhan? Bandingkan dengan 24 jam perlindungan Tuhan terhadap kita.
Sebab itu selagi masih ada waktu, mari kita mulai merubah kehidupan kita, saat Tuhan mulai memulihkan kita sebaiknya kita mulai memberi diri untuk tidak melakukan dosa lagi dihadapan Tuhan, supaya tidak terjadi hal yang lebih buruk terhadap kita. (Baca Yohanes 5:14 – “… Engkau telah sembuh, jangan berbuat dosa lagi supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk).
Dan kalau kita mulai memahami semuanya. Mungkin banyak hal yang kita naikkan kepada Tuhan, kita menginginkan sesuatu terjadi dalam hidup kita, sama seperti ayat bacaan kita kali ini, orang lumpuh ini mungkin mengharapkan materi atau pemberian mewah dari Rasul Petrus dan Yohanes, tetapi dia mendapat lebih dari itu, yaitu kesembuhan sehingga dia bisa masuk dalam Bait Allah dan memuji-muji Tuhan. Apalah gunanya emas dan perak, kalau kehidupannya masih tetap sama? Lumpuh dan tidak dapat berbuat apa-apa?
Kita pun demikian, apa yang tidak pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya, itulah yang Tuhan sediakan bagi kita, karena Tuhan yang lebih tahu setiap kebutuhan kita. Jangan memaksakan kehendak kita kepada Tuhan, tetapi biarkan kuasa Tuhan bekerja dan memenuhi setiap kebutuhan kita.
0 comments:
Posting Komentar